Media Informasi Pemberdayaan

Jumat, 16 Mei 2014

PANDUAN SINGKAT PELAKSANAAN JALAN DESA

I. PEKERJAAN KONSTRUKSI
Pembangunan konstruksi jalan membutuhkan pekerjaan yang meliputi:

I.1. Penentuan As Jalan
Prinsipnya adalah pengalihan dari bentuk gambar ke lapangan, namun tidak membutuhkan alat ukur optis, karena tidak melakukan pengukuran situasi.
Cara kerja penentuan As jalan
1) Untuk jalan lama penentuan as jalan dengan menancapkan patok di tepi jalan dan diberi nomor.
2) Catatan untuk tiap patok meliputi jarak antara patok ke as jalan, dan jarak antar patok.
3) Untuk jalan baru, pemasangan setiap patok harus dikonfirmasikan mengenai kepemilikan tanah yang harus dibebaskan.
4) Jarak tiap patok diusahakan maksimum 50 meter.

I.2. Pembersihan Lapangan
Dimaksudkan adalah membersihakan daerah milik jalan (DAMIJA) sebelum dilakukan pekrjaan selanjutnya. Langkah-kangkah yang ditempuh adalah :
1) Menentukan lebar damija yang akan dikerjakan dengan mengukur lebarnya. Dasarnya adalah AS jalan.
2) Buat patok-patok pembantu ditepi damija yang telah diukur, dan dihubungkan dengan tali plastik.
3) Membersihkan semak belukar dan penghalang-pengahalang lain pada daerah tersebut. Material hasil pembersihan dikeluarkan dari bagian jalan (ditimbun/dibakar/dimanfaatkan)

I.3. Pekerjaan Galian
Pekerjan ini ditentukan dari hasil pengukuran patok tepi saat pembersihan lapangan, begitu juga pekerjaan timbunan. Tahapan pengerjaannya adalah :
1) Plotkan gambar profil melintang jalan pada pekerjaan ini. Gali potongan melintang pada daerah antara dua patok yang berdampingan selebar masing-masing 1 atau 2 meter.
2) Buang sisa galian dan disusun secara bertangga ditempat yang telah disyaratkan oleh konsultan pendamping, dengan memperhatikan saran-saran dari masyarakat.

I.4. Timbunan
Pekerjaan tanah timbunan dapat dilkukan menggunakan profil bentuk trapezium yang terbuat dari bambu atau kayu.
1) Sebelum ditimbun, permukaan tanah harus dibersihkaan dulu, dikupas permukaan setebal kurang lebih 20 cm, agar tanah timbunan dapat menempel bersatu (rigid) dengan tanah dasar yang ada.
2) Tanah dari daerah setempat sedapat mungkin digunakan, bisa tanah kepasiran atau bercampur kerikil. Untuk tanah yang terlalu lembek dan lekat jangan digunakan.
3) Penghamparan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 20 cm untuk tiap lapis. Lakukan pemadatan tiap kali penghamparannya dengan alat steamper atau mesin gilas.
4) Untuk timbunan di daerah lereng pada pekerjaan pelebaran badan jalan, dibuat kupasan bertangga, untuk mendapakan kekuatan geser dan tanah tidak mudah melorot.



Gambar Teknik Pelaksanaan Galian dan Timbunan

5) Pada tanah dasar yang lunak, daya dukung tanah dasarnya umumnya lemah, sehingga perlu perkuatan dengan cerucuk atau bentangan bambu/kayu bersilangan yang diletakkan pada tanah dasar yang lembek tersebut.
6) Berikutnya penimbunan dilakukan lapis demi lapis seperti timbunan biasa.
7) Pekerjaan timbunan yang dilakukan di daerah genangan air, permukan timbunan harus berada minimal          60 cm di atas genangan air.
8) Kemudian badan jalan dibentuk sesuai profil yang dikehendaki.
9) Untuk pekerjaan timbunan pada pekerjaan konstruksi, harus dilakukan pada keadaan konstruksi tersebut sudah kuat, agar tidk menimbulkan kerusakan.

I.5. Penyiapan Subgrade (Tanah Dasar)
Subgrade adalah tanah dasar di bagian bawah lapis perkerasan jalan. Sebelum kegiatan penghamparan perkerasan dilakukan, bagian subgrade harus sudah dalam keadaan siap (kuat, padat, bersih, dan dibentuk sesuai rencana). Langkah-langkah pelaksanaannya :

1) Siapkan mal-mal (penggaris) lengkung dan lurus yang sesuai dengan gambar penampang jalan untuk               menguji bentuk subgrade.
2) Galian tanah dilakukan langsung pembentukan permukaan tanahnya dengan cara mengupas dengan alat         cangkul, bila tanah dasar kurang padat, harus dipadatkan dulu dengan catatan pemadatan dilakukan               pada tanah dalam keadaan kadar air optimum (lembab, tapi tidak basah) 
3) Tanah timbunan dilakukan pengeprasan dengan cangkul sesuai bentuk permukaan yang dikehendaki,             dan dilakukan setelah selesai pemadatan tanah timbunan.
4) Bila pelaksanaan pada jalan lama, jalan tersebut harus diratakan lebih dulu (dibongkar, dikupas dengan         alat yang sesuai) dan dibentuk agar rata. Permukaan akhir yang dicapai harus dibentuk lagi sesuai                 kemiringan dan bentuk rencana.

I.6. Pekerjaan Drainase
Bentuk selokan tepi disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan. 
1) Untuk tanah dasar yang kurang kuat biasanya menggunakan bentuk trapesium.
2) Untuk tanah dasar yang lebih kuat bisa menggunakan bentuk segi empat, karena bisa menghemat lahan.
3) Untuk perlindungan tepi dapat dilakukan bermacam-macam tergantung kemudahan dan ketersediaan material setempat serta biayanya. Dianjurkan perlindungan ini untuk tanah dasar yang salurannya tidak kuat menahan erosi, dan kemiringan dasarnya besar (> 4%).

Contoh Pekerjaan Selokan Samping dari Pasangan Batu Kosong



Contoh Pekerjaan Selokan Samping dari Pasangan Batako









































I.7. Perkerasan Jalan
Kegiatan pengangkutan material pekerasan dianjurkan untuk dikerjakan secara padat karya.
1) Tanah dasar jalan (subgrade) disiapkan lebih dulu, artinya yang kurang padat dipadatkan dan dibersihkan.
2) Penghamparan dilakukan dengan cara berlapis-lapis, masing-msing ketebalannya sekitar 10 cm dan dipadatkan secara manual. Pondasi dengan ketebalan 25 cm dapat dilakukan 2 lapis.
3) Bahan unutk bahu jalan (tanah berpasir) dihampar lebih dulu sebelum melaksanakan penghamparan lapis pondasi bawah, setelah itu kemudian dihamparkan material lapis pondasi bawah.
4) Material bahan pondasi yang telah dihamparkan dilakukan pemadatan atau penggilasan dalam keadaan kadar air optimum.
5) Pelaksanaan gilasan dimulai dari kedua sisi luar perkerasan menuju tengah dan sejajar dengan as jalan. Di bagian tikungan pemadatan dimulai dari tempat sisi terendah (sisi bagian dalam) menuju sisi kebagian yang lebih tinggi.
6) Jika mesin gilas tidak tersedia, maka pemadatan dilakukan dengan alat timbrisan manual, serentak beberapa orang selebar jalan.
7) Untuk menjaga kerusakan permukaan, lapis pondasi yang telah selesai perlu dipertimbangkan ditutup dengan lapis penutup.
I.8. Pekerjaan Gorong-Gorong
Cara pelaksanaan gorong-gorong adalah :
1) Pembuatan gorong-gorong dilakukan sebelum pelaksanaan perkerasan.
2) Pada lokasi yang ditentukan saat perencanaan dan telah diberi tanda patok, dilakukan penarikan garis as gorong-gorong.
3) Dibuat profil dari potongan bambu/kayu untuk batas-batas galian gorong-gorong. Ukuran disesuaikan dengan yang tertera pada gambar rencana, baik lebar maupun tinggi gorong-gorong. Setelah itu beri tanda patok pada batas-batas oprit.
4) Laksanakan penggalian pada rencana gorong-gorong.
Contoh Batas-Batas Galian Gorong-Gorong
5) Pada gorong-gorong kayu, patok samping dari bahan kayu bulat dipasang dengan perkuatan untuk tumpuan gelagar dari balok kayu 6/12 atau bulat 15 cm. Pemasangan gelagar dengan cara dikerat dan ditempelkan pada patok samping.
6) Pasangkan gelagar kayu bulat/bambu atau balok kayu di atas tumpuan. Bila digunakan kayu bulat/bambu, di atas gelagar digelar 2 lapis anyaman bambu, yang dipaku/diikat kuat dengan ijuk ke gelagar

7) Pada bagian depan dan belakang gelagar serta lapisan anyaman bambu ditutup dengan lapisan sirtu dicampur semen dengan perbandingan 1 : 20 (1 semen : 20 sirtu). Campuran dihamparkan dan dipadatkan sehingga berfungsi sebagai bagian pengunci.
8) Timbun atas gelagar setebal 20 cm dengan campuran serupa dan dipadatkan dengan alat timbris. Harus diperhatikan bahwa kemiringan melintangnya harus sama dengan kemiringan melintang jalan.
9) Untuk semua jenis gorong-gorong, kecuali plat beton, setelah lapis kostruksi permukaan selesai dikerjakan segera dilakukan penimbunan oprit yang dilanjutkan dengan pemadatan.
10) Bahan timbunan yang dipakai sama dengan bahan perkerasan atau sama dengan bahan penutup gelagar.
11) Bila timbunan diatas jalan lebih tinggi dari ketinggian jalan sebelum dan sesudah tempat gorong-gorong, transisi di buat dengan kemiringan 10 %, seperti gambar di bawah ini.

Timbunan Campuran Di Atas Gelagar Setebal 20 cm

Untuk gorong-gorong lain, fondasi dibuat dari batu belah dengan tebal 15 cm dan lapisan pasir tebal 10 cm, di bawah gorong-gorong sepanjang bangunan. Tanah labil harus dirucuk dengan cerucuk sebelum lapisan batu dan pasir.
Dimensi loneng harus sesuai dengan desain. Loneng dibangun 60 cm lebih rendah daripada dasar gorong-gorong supaya dapat menahan lapisan batu dan batu. Tinggi 50 cm diatas badan jalan.
Desain sayap, dimensinya harus sesuai dengan desain standar. Bentuknya disesuaikan dengan keadaan dilapangan, dan pencegahan erosi sayap sebaiknya dibuat diatas tanah asli, dan pembuangan dari gorong-gorong harus dilindungi dari masalah erosi dari aliran cepat.
Khusus buis beton, disambung dengan cincin setebal dan selebar 15 cm sekeliling buis beton.
 

II. PENGAWASAN KEGIATAN KUNCI PROYEK JALAN SECARA PADAT KARYA
Pengawasan ini dilakukan dengan alasan masyarakat setempat belum tentu berpengalaman menerapkan teknologi pembangunan jalan yang baik. 

Di bawah ini terdapat keterangan mengenai kegiatan kunci untuk mendapatkan metode dan meningkatkan kesadaran dan kemampuan tenaga kerja diproyek.

1) Pemasangan batu permukaan jalan, karena pekerja cenderung memasang batu supaya cepat selesai dan tidak banyak menghabiskan material, misal dengan memasang batu “tidur” supaya setiap batu menutup tanah sebanyak mungkin. Dan sering juga batu disusun kurang rapi, hanya dipasang seadanya tanpa diisi sela-selanya dengan batu kecil sebagai pengunci.
2) Contoh lain jika badan jalan belum berbentuk “punggung sapi”, batu besar dipasang ditengah jalan dan semakin ke pinggir semakin kecil. Bentuk memang mirip punggung sapi pada waktu jalan sudah selesai, tetapi kurang kuat dan lama-lama permukaan menjadi tidak rata. Seharusnya batu sama besarnya dari pinggir ke pinggir, kecuali batu pinggir yang sengaja ditanam. 
3) Pemadatan Tanah; Alat mesin gilas hanya disediakan untuk menggilas permukaan jalan setelah batu dipasang. Tidak disediakan peralatan, untuk memadatkan tanah sebelumnya. Padahal perkerjaan tanah merupakan pekerjaan inti dari pembuatan jalan. Semakin padat semakin tahan beban, tahan erosi, dan tahan longsor. Masyarakat sering merasa terlalu sulit untuk memecahkan bongkahan, untuk menjaga kadar air optimum, dan untuk mengatur ”lapis demi lapis”.
4) Karena kualitas pemadatan sulit dicapai, pengawas harus menggunakan strategi lain, untuk betul-betul meminta pemadatan ditempat tertentu dimana kualitas sangat tergantung pemadatannya (misalnya diatas gorong-gorong buis beton) dan untuk mengatur letak jalan supaya sejauh mungkin tidak ada permukaan jalan yang dipasang diatas timbunan. Timbunan dihindari atau dikesampingkan.
5) Pembentukan Punggung Sapi; Masyarakat tidak akan membentuk punggung sapi jika belum dijelaskan dan diawasi oleh pengawas. Mereka mungkin belum mengerti kepentingan drainase dari badan jalan. Mereka juga sering salah anggapan, dianggap punggung sapi dibentuk dari batu. Maka badan jalan belum terbentuk. Seharusnya badan jalan dibentuk terlebih dulu, kemudian dihampar pasir dan di pasang batunya.
6) Pembuatan saluran pinggir jalan; Walau sudah biasa membuata saluran pinggir jalan,biasanya kualitas dan ukurannya kurang memenuhi syarat teknis. Di daerah yang sulit dan agak jauh dari kampung an lahan produktif, saluran kurang diperhatikan. Pada umumnya dibuat terlalu kecil, kurang dalam dan kurang lebar. 
7) Pemasangan Gorong-Gorong Buis Beton; Hampir setiap jalan dilengkapi gorong-gorong buis beton. Knstruksi biasanya cukup baik, namun masyarakat seringkali tidak menanam gorong-gorong cukup dalam, dan tanah yang ditimbun di di atas dan disamping gorong-gorong kurang padat. Buis beton harus ditanam minimal 1/3 diameternya dan tanah di atasnya dan di sampingnya harus dipadatkan dengan prioritas paling tinggi. 
8) Pekerjaan Beton Bertulang; Pencampuran dan pengecoran beton perlu pengawasan khusus. Beton bertulang sering dipakai dalam gorong-gorong plat beton atau jembatan.Masyarakat belum tahu cara-cara yang harus dipakai untuk menjaga kekuatan beton dan tulang besinya, antara lain :
Beton harus dari bahan yang terjaga kualitasnya (air- bersih, pasir- bersih, kerikil- bersih dan semen yang sesuai)
Tidak boleh mengandung batu yang lebih besar (efisiensi waktu dan biaya)
Besi harus bersih dari minyak dan tanah (tapi boleh sedikit berkarat)
Kadar air sesuai yang diharapkan.
Jarak antar besi harus dijaga.
9) Pengawasan dan pembimbingan yang lebih ketat juga untuk kegiatan yang lain yaitu hal-hal konservasi seperti bangunan terjun, vegetasi untuk konservasi, jarak pandangan bebas, dsb.(Erik Eksrada)