Media Informasi Pemberdayaan

Kamis, 05 Desember 2013

PENGALAMAN DILAPANGAN MENGUBAH POLA FIKIR SAYA TENTANG BERSYUKUR

Apa sih susahnya bersyukur dengan apa yang sekarang kita miliki? Sebuah kisah telah mengajarkan saya untuk tak lagi membandingkan apa yang saya punya maupun tidak, dengan orang lain. Yah sebuah kisah yang saat itu juga telah mengubah cara berpikir saya mengenai arti kata syukur.
Saat ini saya Bekerja disalah Satu Program Pemberdayaan Masyrakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd), Sehingga Mau tidak Mau saya harus berkecimpung Dengan Masyarakat Banyak, Terutama yang Namanya Masyarakat Miskin, Karena Visi dan Misi dalam Pekerjaan Saya adalah Mensejahterakan Masyrakat Miskin itu, Insyaallah..!!
Karena Sering Pergi Kelapangan Hingga sampailah saya pada sebuah tempat yang mengubah Rasa Syukur Saya, dengan Apa yang saya dapat dengan Pemberian Allah S.W.T. Di sana, saya mulai Sosialisasikan dan melakukan beberapa kegiatan bersama mereka. Yah, saya baru sadar bahwa hal ini benar-benar sangat menyenangkan dan mengasikan.
Saya bertemu dengan banyak wajah dengan kisah yang berbeda di sana. Guratan sedih dan juga bahagia bergabung menjadi satu di tempat yang sangat sederhana itu. Hal ini membuat saya kerap mendatangi tempat itu hingga saya bertemu dan menjadi dekat dengan seorang bocah laki-laki. Anggap saja nama bocah tersebut Chandra.


Chandra merupakan salah satu dari banyak anak kurang beruntung yang juga harus berbagi kehidupan di tempat itu. Saya dan Chandra menghabiskan banyak waktu bersama, terkadang saya membawa sebuah cokelat untuk Chandra. Dan saat itulah saya berbahagia dengan senyum berbinar dari bibir kecilnya.
Suatu ketika, saya yang sedang bercengkrama dengan bocah berusia 7 tahun tersebut seketika terhenyak. Chandra merupakan anak yatim yang ditinggal sang ibu untuk selama-lamanya saat usianya masih 6 tahun. Dengan tangan masih memegang cokelat pemberian saya ia mulai bercerita mengenai kisah hidupnya.


Berbagai cerita yang ia lontarkan satu persatu seketika membuat hati saya hancur. Bagaimana tidak, saat saya seusianya banyak hal menyenangkan dan seru yang saya kerjakan. Namun nasib Chandra berbeda, dan jelas sangat berbeda.
Dari semua kisah yang ia ucapkan dengan mata berlinang, ada satu yang masih tergambar jelas di benak saya hingga detik ini. Chandra, di usianya yang masih kecil kerap mendatangi makam sang ibu dan menangis di atasnya. Dan yang lebih menyedihkan lagi, bahkan tidur di samping makam sang ibu sudah bukan hal aneh lagi baginya.
Saya yang saat itu mulai bergetar, lebih terkejut lagi saat Chandra berusaha untuk tersenyum dan berkata " tapi di sana aku sering di gigit nyamuk kak." Tanpa basa-basi, saya yang masih bertahan untuk tak menangis di hadapannya lantas tersenyum dan berkata. " Chandra janji yah harus jadi orang kaya dan pintar suatu saat nanti?," kataku dengan nada parau.
Bocah malang itupun lantas tersenyum dan mengangguk seolah ingin meyakinkan saya bahwa ia berjanji untuk menjadi seseorang nantinya. Namun, beberapa hari kemudian saya dikejutkan dengan suatu berita mengenai Chandra. Yah, bocah malang itupun akhirnya memutuskan untuk kabur dan mencari dunianya di luar sana. Namun kisah mengenai dirinya dan senyum polos Chandra tak akan pernah bisa saya lupakan. Hingga detik ini.
Dan dengan kisah ini, apa kita masih mau terus berkeluh kesah sementara di luar sana ratusan anak tak tahu arah tujuan hidupnya?

Erik Eksrada, S.PdI